MohammadNor Ichwan. Al-Qur'an telah memperkenalkan dirinya dengan beberapa atribut. Salah satu di antaranya adalah berfungsi sebagai hudan li al-nas.Ia merupakan kamus kehidupan yang di dalamnya memuat kata-kata kunci yang sangat bermanfaat untuk berkomunikasi dengan Dzat yang Maha Tunggal, alam, dan manusia, bahkan dengan egonya sendiri sebagai ego terbatas, guna untuk meraih kualitas Selamaini umat Islam yang belajar sering berdiskusi tentang pengertian iman kepada Allah beserta dalilnya. Maka, Artikel ini akan menjelaskan mengenai pembahasan Initentu bermasalah sebab berarti mengatakan ada dua hal yang qadîm, yakni Allah dan ruang tempat Allah. Dalil keempat, Firman Allah ﷻ: اللَّهُ الصَّمَدُ. "Allah yang Maha Dibutuhkan." (QS. Al-Ikhlas: 2) فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. "Sesungguhnya Allah Maha-tak butuh katasunnat digunakan oleh al-Qur'ān sebagai cara atau aturan.19 Sedangkan kata Allah adalah nama bagi Dzat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta dan Maha Adil, dan Maha Segalanya. Setiap nama Allah mencakup diri-hakiki untuk-Nya dan majazi bagi yang lainnya. Di dalamnya terkandung makna rubūbiyah (ketuhanan) dan seluruh Vay Nhanh Fast Money. Ilustrasi tauhid asma wa sifat. Foto PexelsBagi umat Muslim, tauhid merupakan dasar agama Islam yang paling utama dan penting untuk dipelajari. Ilmu tauhid sendiri terbagi menjadi tiga macam, yakni tauhid asma wa sifat, rububiyah, dan buku Hakikat Ilmu Tauhid Menuju Sumber Kehidupan Abadi karya Abd. Rahman, tauhid berasal dari bahasa Arab yang berarti “menjadikan sesuatu menjadi satu”. Dalam konsep Islam, tauhid dapat dipahami sebagai keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, atau Syaikh Muhammad Abduh, seorang ulama besar dan filsuf dari Mesir, tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh pada-Nya, dan sifat-sifat yang mustahil apa yang dimaksud dengan tauhid asma wa sifat? Simak pengertian lengkap beserta dalilnya dalam Al-Quran berikut Tauhid Asma wa SifatIlustrasi pengertian tauhid asma wa sifat dan dalilnya dalam Al-Quran. Foto PexelsDirangkum dari buku Intisari Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah karya AA. Hamid al-Atsari, tauhid asma wa sifat adalah suatu keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai Asmaul Husna nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang ini mengimani semua sifat Allah yang sempurna dan suci dari segala kekurangan sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran dan sunnah rasul-Nya. Tujuan tauhid asma wa sifat adalah mengetahui bahwa apa yang Allah SWT sifatkan untuk diri-Nya benar-benar ada dan buku Pengenalan Hakikat Kehidupan karya Iyas Al-Jakarti, tauhid asma wa sifat mencakup beberapa hal, yakni mengesakan Allah dalam kesempurnaan dzat, nama, sifat, dan DzatMengesakan Allah dalam kesempurnaan dzat-Nya berarti menetapkan Allah sebagai Tuhan yang satu, tidak beranak, tidak diperanakkan, serta tidak ada yang menyerupai dan setara dengan dzat-Nya. Perintah tauhid ini disampaikan langsung oleh Allah SWT dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4 yang berbunyi sebagai هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ‌اَللّٰهُ الصَّمَدُ‌لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡوَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌArtinya Katakanlah Muhammad, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." QS. Al-Ikhlas[112]1-42. Nama dan SifatMengesakan Allah dalam kesempurnaan nama dan sifat-Nya berarti menetapkan dan meyakini kebenaran dari seluruh nama-nama baik Asmaul Husna dan sifat-sifat sempurna yang dimiliki Allah SWT. Tauhid ini juga mengajarkan bahwa sifat murka, mengadzab, dan memberikan bencana kepada manusia adalah sifat Allah yang dilakukan dalam rangka kebaikan, bukan keburukan. Dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 24, Allah berfirmanهُوَ اللّٰهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۗ يُسَبِّحُ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖArtinya “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” QS. Al-Hasyr 243. KemampuanMengesakan Allah dalam kesempurnaan kemampuan-Nya berarti menetapkan Allah sebagai dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia mengetahui segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi. Dia mampu berbuat segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang terjadi kecuali atas kehendak dan ini juga mengimani bahwa Allah SWT mengizinkan setan dari golongan jin dan manusia untuk menyesatkan manusia dan menyakiti orang-orang beriman, serta mengizinkan segala kejahatan yang terjadi, sebagaimana firman-Nya dalam surat مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌArtinya “... Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Maidah17Apa yang dimaksud dengan tauhid?Apa saja macam-macam tauhid?Apa dalil tauhid asma wa sifat? Pengertian DalilJenis-Jenis DalilDalil AqliDalil NaqliPerbedaan Dalil dan HadistContoh DalilShare thisRelated posts Pernahkah ketika sedang ngobrol tentang agama ditanya dalilnya dari mana? Apakah bisa Anda jawab? Nah di artikel ini akan dijelaskan pengertian dalil, jenis-jenisnya dan yang membedakan dengan hadist. Seperti yang banyak kalangan ketahui, bahwa dalil sangat penting dalam mengambil kesimpulan suatu perkara ada petunjuknya atau keterangannya yang bisa dijadikan bukti. Dalam agama islam tentu semuanya sudah diatur dalam berbagai aspek kehidupan, dari aspek ibadah sampai aspek muamalah. Semua sudah diatur secara universal oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai ummat islam haruslah patuh terhadap perintah Allah SWT. Yang di mana senantiasa melakukan segala sesuatu dengan sumber dalil yang jelas, agar hidupnya selamat di dunia maupun di akhirat. Pengertian dalil menurut bahasa artinya adalah petunjuk, sedangkan menurut istilah artinya yaitu bukti yang bisa dijadikan sebagai sebuah petujuk untuk mengungkapkan apakah permasalahan tersebut benar atau salah. Ada juga pengertian lain yang menyatakan bahwa, dalil ini merupakan sebuah keterangan yang dapat dijadikan suatu bukti atau alasan kebenaran, terutama yang didasarkan pada Al-Qur’an. Dalil merupakan suatu keterangan yang dijadikan sebagai bukti sebuah kebenaran dalam suatu perkara. Dalil-dalil muttafaq yang disepakati kesahahihannya ada empat yaitu, diambil dari Al-Qur’an, sunnah, ijma’, dan juga qiyas analogi. Arti dari ijma’ merupakan suatu proses untuk mengumpulkan berbagai perkara dan memberinya sebuah hukum dari suatu perkara tersebut. Sedangkan qiyas merupakan sebuah proses pengukuran atau mekanisme untuk mencari tahu sebuah hukum, dengan cara menganalisis terlebih dahulu permasalahan yang ada. Setelah itu mengkaitkan permasalahan tersebut dengan dalil-dalil muttafaq yang sudah ada, yaitu dalam Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’. Artinya bahwa qiyas di sini hanya digunakan apabila suatu hukum tidak ditemukan kejelasannya dari Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’. Baca Juga Ini Keutamaan Hafal Al-Quran Namun selain dalil muttafaq yang disepakati keshahihannya adapula dalil yang tidak disepakati, akan tetapi digunakan oleh para ulama untuk meng-istinbath atau mencari tahu tentang suatu hukum. Seperti qaul shahabiy pendapat para sahabat, istihsan, mashlahah mursalah, urf adat yang didak bertentangan dengan syara’, syaru man qablana syariat umat terdahulu, saddud dzariah dan istishab. Dalil ini sebagai salah satu petunjuk yang sangat penting dalam islam, karena dalil digunakan untuk menghilangkan adanya segala keraguan dan kecemasan yang ada pada diri ummat islam. Untuk mengetahui sebuah hukum permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, karena sejatinya manusia diciptakan untuk beribadah. Jadi, apapun yang dilakukan manusia dalam kesehariannya itu bisa bernilai ibadah apabila pengerjaannya sesuai pedoman atau dalil yang ada di dalam Al-Qur’an, sunnah, ijma’, dan qiyas. Akan tetapi, penggunaan dalil ini haruslah dipahami terlebih dahulu, sehingga tidak menimbulkan kesimpulan yang salah atau memiliki arti dan makna yang tidak sesuai. Maka dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalil merupakan sebuah petunjuk atau tanda bukti untuk mencari kebenaran dalam suatu permasalahan yang terjadi. Jenis-Jenis Dalil Dalil dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu Dalil Aqli Secara istilah dalil aqli dapat diartikan dalam kata aql memiliki arti akal, secara etimologi dalam bahasa arab kata aql mempunyai arti al-hikmah kebijakan, ad-diyah denda, husnut tasharruf tindakan yang benar atau tepat. Namun secara bahasa dalil aqli adalah sebagai petunjuk yang didasarkan pada akal pikiran, sedangkan menurut istilah dalil aqli adalah sebuah bukti-bukti atau alasan terkait sesuatu, apakah benar atau salah yang didasarkan dengan pertimbangan akal pikiran manusia. Dalil aqli ini bisa digunakan untuk membicarakan tentang ilmu aqidah, karena aqidah ini sangat berlaku pada orang-orang yang mempunyai akal sehat. Dalil aqli ini dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu Wajib Aqli Yaitu kepastian akal sehat yang dapat menerima kepastian tertentu. Kemudian aqli wajib sendiri dibagi menjadi dua macam, antaranya yaitu adalah wajib aqli badhihi kebenaran yang dapat diterima oleh akal tanpa adanya pembuktian yang mendalam, atau dapat diterima tanpa dipikir, dan wajib aqli nazhari, yaitu kebenaran sesuatu yang bisa diterima oleh akal manusia, setelah dipikir, dibahas, diuraikan, dan dilakukannya sebuah penelitian. Mustahil Aqli Merupakan akal sehat yang telah mengingkari sesuatu yang terjadi. Mustahil aqli inipun dibagi menjadi dua macam yaitu, mustahi aqli badhi yaitu misalnya mustahil pakaian seorang anak bayi akan bisa dipakai oleh tubuh orang yang dewasa, kemudian mustahil aqli nashari yaitu hal yang ditolak oleh akal setelah adanya pembahasan yang kukuh, misalnya yaitu ada yang dapat menyaingi Allah. Jaiz Aqli Hukum yang ketiga ini dapat diterima atau ditolak oleh akal manusia, misalnya ketika cuaca mendung, ada yang yakin bahwa hari itu akan turun hujan, dan adapula yang yakin bahwa hanya sekedar mendung dan tidak akan turun hujan. Di dalam Al-Qur’an Allah juga menegaskan dalam firman-Nya terkait kewajiban menggunakan akal yaitu ada pada QS. Al-Baqarah ayat 164, yang terjemahannya yaitu “Bahwa sesungguhkan dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turukan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.” Dalil Naqli Pengertian dalil naqli ini menurut bahasa artinya adalah nash Al-Qur’an atau sunnah, sedangkan menurut istilah artinya adalah sebuah bukti-bukti tentang kebenaran atau ketidakbenaran sesuatu yang terjadi berdasarkan dalam Al-Qur’an dan sunnah. Walaupun manusia Allah berikan akal, namun tak semua sesuatu itu bisa dijangkau oleh akal manusia, dalam arti akal manusia itu ada batasnya. Misalnya saja bahwa manusia itu tidak akan mampu untuk menyelidiki sesuatu yang sifatnya gaib. Contohnya tentang akhirat, ruh, dzat Allah, dan sebagainya. Oleh karena itu perlunya sebuah firman yang datangnya dari Allah kepada Rasul-Nya. Perbedaan Dalil dan Hadist sumber youtube Al-Bahjah TV Dalil mengarah pada pencarian suatu keterangan yang dijadikan sebagai bukti sebuah kebenaran dalam suatu perkara. Atau bisa diartikan bahwa suatu hal yang menunjuk pada sesuatu yang sedang dicari, yaitu berupa alasan, keterangan, dan pendapat yang merujuk pada hal pengertian, hukum, dan sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dicari. Sedangkan hadist merupakan sesuatu yang bersumber dari perkataan sabda, perbuatan, dan ketetapan, serta persetujuan yang asalnya dari Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan landasan atau rujukan terkait syariat dalam agama islam. Contoh Dalil Yang pertama contoh dari dalil naqli yaitu ada pada QS. Az-Zukruf ayat 87 yang artinya “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab “Allah”, lalu bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari menyembah Allah?” Contoh tersebut merupakan dalil naqli yang di dapat dari firman Allah di dalam Al-Qur’an mengenai keberadaan Allah sebagai pencipta mereka yang selalu menjadi pertanyaan pada seorang muslim. Yang kedua yaitu dalil aqli, yang lebih menggunakan pemikiran seperti pembahasan, teori penyebabnya, dan penelitian. Contohnya bagaimana air hujan bisa turun, orang-orang terdahulu menganggap turunnya air hujan itu adalah bentuk kekuatan dari dewa atau kekuatan gaib. Padahal jika diteliti lagi menggunakan akal, bahwa air hujan terjadi karena ada penyebabnya dari fenomena alam. Yaitu air hujan terjadi karena awalnya berasal dari air laut yang menguap akibat panas matahari, yang setelah itu membentuk uap air kemudian naik ke udara. Uap air tersebut terjadi proses pengembunan yang akan berbentuk awan, dan jika awan tersebut telah penuh dengan uap air, maka uap air tersebut akan turun berbentuk air hujan yang jatuh di permukaan bumi. Arti dzat Allah. Foto Billion Photos/ShutterstockPada hakikatnya, Allah itu satu ahad, unik, qadim, dan wujud. Allah bukanlah substansi, bukan pula tubuh ataupun oksigen yang terbatas pada ruang. Allah pula yang menjadi tujuan bagi umat Islam untuk memohon pertolongan. Mengutip buku Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyyah susunan Dr. KH. Muchotob Hamzah 2017, Allah memiliki sifat-sifat yang agung seperti Maha Mengetahui, Maha Hidup, Maha Berkuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Sifat-sifat Allah itu berbeda dari Huzail, seorang teolog Mu’tazilah, menjelaskan bahwa sifat Allah itu selaras dengan dzat dan esensi-Nya. Menurutnya, arti Allah Maha Mengetahui yaitu Allah tahu tanpa perantara pengetahuan dari siapa pun, karena sejatinya pengetahuan itu berasal dari dirinya Allah berbeda dengan dzat manusia yang merujuk pada tubuh dan raganya. Lantas, apa yang dimaksud dzat Allah? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasannya dalam artikel berikut Dzat Allah Menurut Pandangan UlamaIlustrasi berdzikir memuji dzat Allah. Foto Shutter StockJika dzat makhluk mengarah pada tubuh dan raga, dzat Allah tidak demikian. Sejatinya, Allah bukanlah makhluk ataupun benda. Maka, yang dimaksud dzat Allah adalah hakekat ulama terkemuka Indonesia, Syaikh al-Allamah al-Faqih Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi as-Syafii pernah menuliskan pembahasan tentang dzat Allah ini dalam berbagai karyanya yang beraliran menjelaskan bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Ini adalah wujud dari sifat “mukhalafatul lil hawadisi” yang artinya Allah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Sesungguhnya Dia ada tanpa terbatas pada tempat dan kitab ats-Tsimar al-Yaniah, Syaikh al-Allamah menuliskan "Contohnya, mustahil adanya Allah pada suatu arah dari suatu benda, seperti berada di samping kanan benda tersebut, atau di samping kirinya, atau di atasnya, atau di bawahnya, atau di depannya, dan atau di belakangnya. Demikian pula mustahil Allah berada pada arah, seperti arah kanan, arah kiri, arah atas, arah bawah, arah belakang, atau arah depan. Demikian pula mustahil Allah terliputi oleh tempat, atau menyatu di dalam tempat tersebut, seperti keyakinan adanya Allah bertempat di atas arsy."Kemudian, dalam kitab karya beliau yang lainnya berjudul Nur azh- Zhalam, asy-Syaikh Nawawi al-Jawi menuliskan"Segala sesuatu yang terlintas di dalam benakmu dari segala sifat-sifar benda maka jangan sekali-kali engkau berkeyakinan bahwa Allah bersifat walaupun dalam satu segi dari sifat-sifat tersebut. Allah sama sekali tidak bertempat, maka Dia bukan berada di dalam alam dunia ini, juga buka berada di luarnya."Ilustrasi berdoa kepada Allah. Foto ShutterstockGolongan ahlussunah meyakini bahwa di akhirat nanti umat Muslim bisa melihat dzat Allah SWT. Keyakinan ini merupakan wujud iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan umat Muslim akan melihatnya dengan sangat jelas bagaikan melihat matahari yang bersih. Tidak ada sedikit pun awan yang akan hal ini, ahlussunnah berbeda pandangan dengan golongan Mu'tazilah. Sebab, golongan Mu’tazilah tidak setuju bahwa wujud Allah itu dapat menerima prinsip filsafat bahwa apa saja yang menempati ruang atau arah haruslah memiliki waktu. Sedangkan sejatinya Allah tidak terikat pada ruang dan yang dimaksud dengan dzat makhluk?Apa kepercayaan golongan mu'tazilah tentang Allah?Apa arti sifat mukhalafatul lil hawaditsi? Sifat Wajib Bagi Allah Pengertian, Arti dan Dalilnya – Pada Kesempatan kali ini akan menuliskan mengenai Pengertian Sifat Wajib bagi Allah. Sebagai Muslim yang Mukmin tentunya wajib memahami Pengertian Sifat tersebut sebagai aqidah. Para Ulama telah menjelaskan, Pengertian sifat wajib bagi Allah terincikan dengan dalilnya. Maka pada lembaran ini kami kami akan terangkan untuk antum pelajari. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai sifat-sifat wajib bagi Allah yang disertai dalilnya Allah, maka baca saja sampai selesai penjelasannya di bawah ini; 1. Wujud Ada Sifat Wajib bagi Allah yang pertama adalah wujud ada. Allah SWT itu dzat yang pasti adanya. Kita wajib meyaqini adanya Allah. Adapun dalilnya Sebagaimana dalam As-Sajdah 4 اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُم مِّن دُونِهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ Artinya “Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak pula seorang pemberi syafa’at 1190. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” QS. As-Sajdah 4. Pengertian Wujud Allah itu ada dibuktikan dengan berbagai ciptaan-Nya. Contoh; Tidak mungkin ada langit dan bumi jika tidak ada yang menciptakanny. Tidak ada yang isa menciptakan langit dan bumi kecuali hanya Allah. Dan demikia itu adalah salah satu bukti adanya Allah. Oleh karenanya sangat tidak patut bagi manusia yang lemah ini menuhankan kepada yang selain Allah. Kita wajib menyembahNya. Allah berfirman; إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي Artinya “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” QS. Thaha 14 2. Qidam Terdahulu Wajib bagi Allah adalah “Qidam” artinya terdahulu. Wajib bagi kita mengi’tiqadkan dan meyaqini bahwa hanya Allah yang paling awal. Adapun dalilnya Sebagaimana dalam QS. Al-Hadid ayat 3 هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ Artinya “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Hadid 3 Pengertiannya adalah; Allah adalah sang Pencipta yang menciptakan alam semesta dan segala isinya. Sebagai pencipta, tentunya Allah SWT telah ada lebih dahulu dari apapun yang diciptakannya. Tidak ada pendahulu atau yang lebih dulu dari Allah Ta’ala. 3. Baqa’ Kekal Allah SWT itu Maha kekal. Tidak akan pernah fana, binasa atau berahkir. Tiada akhir bagi Allah SWT. Dia akan tetap ada selamanya. Pengertian Baqa’ Baqa’ itu artinya kekal dan maha kekal sangat tidak mungkin akan binasa. Adapun dalilnya adalah Sebagaimana dalam Ar-rahman 26-27 Allah berfirman; كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ Artinya “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” QS. Ar-rahman ayat 26 وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ Artinya “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS. Ar-Rahman ayat 27 4. Mukholafatul Lilhawaditsi Berbeda dengan makhluk ciptaanNya Allah SWT sudah pasti berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Pengertiannya; Dialah zat yang Maha Sempurna dan Maha Besar, Maha Agung. Tidak ada sesuatupun yang dapat menandingi-Nya, tak satu pun yang menyerupai keagungan-Nya. Adapun dalilnya ial;ah; Sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Ikhlas ayat 4 وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ Artinya “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” QS. Al-Ikhlas 4 5. Qiyamuhu Binafsihi Berdiri sendiri Allah SWT itu berdiri sendiri. Pengertiannya; Allah tidak bergantung kepada apapun, kepada siapa pun dan tidak membutuhkan bantuan siapapun. Dalilnya adalah; وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari alam semesta.” QS. Al-Ankabut 6 وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَم يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلَّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيراً “Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” QS. Al-Isra 111 6. Wahdaniyah Esa/Tunggal Allah itu Maha Esa, Dia Maha Tunggal. Artinya tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta. Adapun Bukti keesaan Allah SWT terletak dalam kalimat syahadat “Laa ilaha Illallah” yang artinya “Tiada Tuhan selain Allah”. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ “Katakanlah Dialah Allah, Yang Maha Esa.” QS. Al-Ikhlas 1 7. Qudrat Berkuasa Allah Ta’ala adalah Maha kuasa atas segala sesuatu. Taka da satupu yang bisa menandingi kekuasaan Allah. Adapun dalilnya adalah firman-Nya; إِنَّ اللَّه عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Baqarah 20 8. Iradat Berkehendak Iradat sifat wajib bagi Allah SWT. Pengertiannya; Allah itu Maha menentukan segala sesuatu. Ketika Allah SWT berkehendak maka jadilah hal itu, maka tidak seorang pun yang mampu menghalangi atau mencegah-Nya. Dalilnya adalh firman-Nya; خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ إِلاَّ مَا شَاء رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” QS. Hud 107 إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia.”QS. Yasiin 82 9. Ilmun Mengetahui Maksudnya; Allah Maha mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang dzahir maupun yang tersembunyi. Dalilnya ialah Firman Allah; وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” QS. Qaf 16 10. Hayat Hidup Allah SWT Maha Hidup. Artinya; Allah Tidak akan pernah mati, tidak akan binasa, maupun punah. Dia kekal selama-lamanya. Dalilnya ialah Firman-Nya; اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ “Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” QS. Al-Baqarah 255 11. Sama’ Mendengar Allah Maha mendengar, baik yang diucapkan ataupun yang hanya ungkapan di dalam hati. Allah Mengetahui. Pendengaran Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu. Adapun dalilnya ialah; Sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجاً يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”Asy-syuro 11 وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Maidah 76 12. Bashar Melihat Allah Maha melihat segala sesuatu. Arinya; Pengelihatan Allah itu tidak terbatas, Dia maha mengetahui apa yang terjadi di dunia ini. Walaupun hanya sehelai daun yang jatuh. Dalilnya Firman Allah; إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Hujarat 18 13. Kalam Berfirman Allah itu berfirman. Artinya; Dia berbicara yakni berkata-kata secara sempurna tanpa bantuan dari apapun. Terbukti dari adanya firman-Nya dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi. Salah satu Nabi yang pernah berbicara langsung dengan Allah Ta’ala adalah Nabi Musa alaihissalam. Dalilnya adalah yang telah dijelaskan dalam Al-Quran وَلَمَّا جَاء مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ “Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya.” QS. Al-A’raf 143 14. Qadiran Berkuasa Allah itu Maha kuasa atas segala sesuatu. Dalilnya; Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاء لَهُم مَّشَوْاْ فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُواْ وَلَوْ شَاء اللّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّه عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Baqarah 20 15. Muridan Berkehendak Allah Maha berkehendak. Artinya; Ia maha Berkehendak atas segala sesuatu. Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang bisa menolak kehendak-Nya. Dalilnya; Dalam Al-Qur’an dijelaskan خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ إِلاَّ مَا شَاء رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” 107 16. Aliman Mengetahui Allah Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang ditampakkan maupun yang disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah yang Maha Esa. Dalilnya adalah dalil Alimun yaitu; وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” QS. Qaf 16 Dan Firman-Nya; إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ Artinya; Bahwa Sesungguhnya Allah itu Maha mengetahui segala sesuatu. 17. Hayyan Hidup Allah itu Maha hidup. Tidak mungkin bagi Allah Ta’ala untuk binasa. Dia selalu mengawasi hamba-hamba-Nya tidak pernah lengah tidur ataupun tidur. Dalilnya; وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً “Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” QS. Al-Furqon 58 18. Sami’an Mendengar Allah Maha Pendengar. Tidak ada yang terlewatkan bagi Allah SWT. Dan tidak ada pula yang melampaui pendengaran-Nya. Dalilnya dalil sma’ yaitu; وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Maidah 76 19. Bashiran Melihat Allah Maha Melihat. Pengelihatan Allah meliputi segala hal, baik yang diterlihat ataupun yang disembunyikan. Dalilnya dalah dalil Bashar iaitu; إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Hujarat 18 20. Mutakalliman Berfirman atau Berkata-kata Mutakallimin berarti Allah berfirman, sama halnya dengan kalam. Firman Allah SWT terwujud dalam kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya lewat para nabi. Firman Allah SWT begitu sempurna dan tidak ada yang menandingi. Dalilnya ialah dalil Kalam iatu; وَلَمَّا جَاء مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ “Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya.” QS. Al-A’raf 143 Setelah mengetahui, memahami, mengimani, mengi’tiqadkan dan meyaqini 20 sifat wajib bagi Allah, maka antum wajib juga mengetahui lawan kata sifata wajib, yakni sifat Mustahil bagi Allah. Antum sebaiknya baca sampai selesai pada link in⇒ Sifat Mustahil Allah Pengertian, Arti dan Keterangannya Demikianlah penjelasan materi tentang; Sifat Wajib Bagi Allah Pengertian, Arti dan Dalilnya – Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan antum. Terimakasih atas kunjungannya. Wallahul-muwaffiq. sumber; dutadakwah

pengertian dzat allah dan dalilnya